SELAMAT DATANG DI BLOG KHOLID ARIEF "Miliki mimpi apapun, dan jangan ragu tuk berusaha mewujudkannya. Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan impian" :) "Jangan Lupa Untuk Menulis komentar /Saran dan Buku Tamu "

Sabtu, 19 Oktober 2013

Menentukan Kecepatan Cahaya Menggunakan Metode Al-Quran

Menentukan Kecepatan Cahaya Menggunakan Metode Al-Quran

Kecepatan cahaya dalam ruang vakum merupakan konstanta yang fundamental. Pada mulanya hal ini dari ilmu fisika. sehingga tidak berlebihan jika seseorang mengatakan bahwa sejarah penentuan kecepatan cahaya adalah bagian kecil dari sejarah fisika, dan sejarah masih belum berhenti dari sini. Sejak zaman Yunani kuno sampai abad pertengahab, dipercayai bahwa kecepatan cahaya adalah tak hingga. Aristoteles meyakini bahwa perambatan cahaya adalah secara langsung tanpa selang waktu. Pada abad ke-11, ilmuwan Arab Al-Hassan meyakini bahwa cahaya merambat  dalam kecepatan yang berhingga. Galileo (tahun 1600) mencoba menentukan kecepatan cahaya, akan tetapi gagal dan mengatakan  bahwa cahaya sangat luar biasa cepat. Roemer (tahun 1676) adalah orang pertama yang mengukur c menggunakan orbit satelit Jupiter yaitu Io. Beliau memperoleh nilai c = 215000 km/s, yang menurut beliau tidak akurat karena diameter orbit bumi tidak diketahui secara pasti.

Hasil yang diperoleh Froome dianggap yang paling akurat dalam waktu yang lama, sampai pada 1983 ketika interferometer dengan radiasi laser yang dimodulasikan, diaplikasikan untuk menentukan c dengan presisi yang tinggi.

Berdasarkan US National Bureau of Standards diperoleh nilai c = 299792,4574 + 0,0011 km/s . dan berdasarkan British National Physical Laboratory diperoleh nilai c = 299792,4590 + 0,0008 km/s.

Ukuran standar dari c disepakati pada oktober 1983 di General Conference on Measures and Weight yang ke-17 adalah : " 1 meter adalah jarak yang ditempuh oleh seberkas cahaya dalam ruang vakum dalam interval waktu 1/299792458 per detik "

Kesepakatan atas niai c berdasarkan definisi dari kongres tersebut tidak berarti bahwa sejarah penentuan nilai konstanta c berakhir. Ada banyak permasalahan yang berkaitan dengan hubungan antara keberagaman nilai cyang deperoleh sebelumnya, teka-teki dari nilai c yang sebenarnya dan teori relativitas.

Mengingat kembali postulat kedua dari teori relativitas khusus yang dideklarasikan oleh Albert Einstein (1905) menyatakan : "Kecepatan cahaya c dalam ruang vakum dan kerangka acuan inersial adalah sama dalam segala arah dan tidak bergantung pada kecepatan sumber cahaya ataupun kecepatan pengamat".

Pauli (1958) mengatakan tentang data kedipan bintang yang menginformasikan pada kita untuk menentukan postulan kedua ini bahwa kecepatan cahaya yang konstan adalah benar adanya.

Berdasarkan teori relativitas umum Einstein (1917), hukum kekonstanan kecepatan cahaya c dalam ruang vakum tidak sepenuhnya valid karena kelengkungan dari berkas cahaya hanya terjadi ketika kecepatan perambatan cahaya bervariasi terhadap posisi. Einstein sendiri memberikan solusi tentang kontradiksi ini dalam teori relativitas umum dan khusus yang ditulis pada sebuah paper (1917) sebagai berikut : "Hasil dari teori relativitas khusus diperoleh apabila kita dapat mengabaikan pengaruh medan gravitasi pada fenomena ini".

Kevalidan kondisi yang sesuai dengan postulat kedua dalam teori relativitas khusus ini didasarkan pada hasil eksperimen mutakhir bahwa nilai c yang konstan membutuhkan ruang yang absolut (vakum). Untuk menghasilkan ruang vakum seperti yang diharapkan Einstein di alam ini, tidak hanya cukup menghilangkan volume ruang dari setiap atom, molekul dan partike saja. Tetapi juga menghilangkan pengaruh medan gravitasi. Oleh karena itu, ditinjau efek medan grafitasi matahari terhadap orbit bulan terhadap bumi, yang dinyatakan dalam tulisan ini diterakan sebagai aplikasi dari persamaan Qurani. Yaitu sebagai referensi pengukuran yang sederhana untuk mengevaluasi kecepatan cahaya yang tercepat di alam ini sebagaimana dideskripsikan dalam Al-Quran.

Gerak orbital lunar yang dideskripsikan dalam Al-Quran 14 abad yang lalu, Al-Quran (kitab suci agama Islam) diturunkan oleh Tuhan untuk seluruh umat manusia melalui Nabi Muhammad salallahu alaihi wasalam
yang hidup di jazirah Arab. Masyarakat Arab menggunakan sistem lunar (pergerakan bulan mengorbit bumi) untuk menghitung waktu. Al-Quran menggunakan bahasa yang mereka (orang Arab) pahami tanpa menghilangkan kebiasaan mereka. Tuhan (dalam istilah Arab : Allah, Tuhan yang Maha Esa dan Maha Pencipta) berfirman dalam Al-Quran : "Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui" (10:5).

Dalam sistem penanggalan Qomariyah (berdasarkan perhitungan Bulan) terdapat 12 bulan, setiap bulan didefinisikan sebagai waktu satu revolusi (satu putaran) Bulan mengorbit Bumi. Tuhan (Allah) berfirman dalam Al-Quran : "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, Matahari dan Bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya" (21:33).

Dari sinilah fakta sains dimulai berdasarkan eksistensi orbit Bumi, Matahari dan Bulan. Maka dibuatlah sebuah acuan yang membuat benda-benda langit ini bergerak dengan geraknya sendiri, sehingga menjadi konsep baru (di dunia sains) sebagaimana telah ditetapkan dalam Al-Quran beratus-ratus tahun sebelum ditemukan oleh sains modern.

Gambar : Sistem bulan Sidereal

Saat ini konsep penanggalan Qomariyah (berdasarkan orbit Bulan terhadap Bumi) digunakan secara meluas, sebagaimana diketahui bahwa Bulan adalah Tetangga terdekat kita di ruang angkasa dan merupakan pasangan bagi planet Bumi. Sering dikatakan bahwa bentuk Bumi dan Bulan adalah mirip planet kembar. Bulan yang mengorbit Bumi menyebabkan posisi relativ dari Bulan, Bumi dan Matahari berubah sehingga menyebabkan Bulan menunjukkan sebuah fase. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan fase bulan (month) baru adalah 29,53 hari dan dinamakan bulan (month) synodic. Bagaimanapun sampai saat ini Bumi yang dipengaruhi orbit Bulan tetap mengelilingi Matahari. Maka posisi bulan terhadap bintang-bintang adalah berubah. Waktu yang dibutuhkan Bulan untuk kembali pada posisi yang sama ketika dilihat dari Bumi dinamakan bulan (month) sidereal (27,32 hari) yang merepresentasikan waktu netto yang sebenarnya bagi satu revolusi orbit Bulan. Bentuk orbit Bulan adalah hampir mendekati lingkaran yang memiliki jari-jari r = 384264 km.

selisih sudut bulan Sidereal terhadap Bulan (moon) baru pada setiap bulannya (month)



Mengacu pada Al-Quran, perhitungan sains dimulai dengan memperhatikan perbedaan antara periode synodic dan sidereal. Hasil dari perhitungan tersebut dirangkum dalam tabel berikut :

Periode
Siderial
Synodic
Lunar Month T
27.321661 days = 655.71986 hours
29.53059 days
Terrestrial day t
23 h, 56 min 4.0906 sec = 86164.0906 sec
24 hours = 86400 sec  

Sistem Bumi-Bulan
Panjang orbit bulan L dan waktu t (menyatakan hari terrestial), keduanya berhubungan dalam Al-Quran yang mendiskipsikan kecepatan konstan yang universal yang ada di alam, sebagaimana dinyatakan berikut : "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu" (32:5)
Bagai mana bisa kecepatan cahaya dinyatakan dalam persamaan Quranic? Dan apakah persamaan Quranic (Quranic equation) itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dipandang jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam ruang vakum di ruang angkasa dalam satu hari seperti dinyatakan dalam Al-Quran (32:5) bahwa 1 hari sama dengan 1000 tahun sehingga dinyatakan dalam bulan sidereal diperoleh :
1 hari = 12000 revolusi
1 hari sama dengan 12000 kali revolusi Bulan mengelilingi Bumi. Sehingga diperoleh :

CT = 12000 L _______________________________ (1)

dimana 
C : kecepatan 'urusan' sesuai dengan (32:5) di atas
t : waktu rotasi Bumi yaitu 23 jam, 56 menit, 4.0906 detik atau 86164.0906 detik


rata-rata kecepatan orbital Bulan dapat dinyatakan dengan V, sedangkan R adalah jarak radius rata-rata orbit Bulan. Maka hubungan V dan R dapat dinyatakan :

= 2Pi x R/T ______________________________ (2)

dengan mensubstitusikan R = 384264 km dan T = 655.71986 jam pada persamaan diatas maka diperoleh

V = (2 x pi) x (384264/655.71986)
    = 3682.07 km/jam

Nilai V tersebut sama dengan yang diperoleh oleh perhitungan NASA.

@ adalah sudut perjalanan bulan pada sistem bulan dalam 1 bulan periode sidereal 27.321661 hari. Nilai @ dapat dihitung dengan mengambil jumlah hari dalam 1 tahun (365.25636 hari), maka :

@ = (27.321661 x 360)/365.25636
     = 26.92848

Sehingga @ adalah konstanta karakteristik untuk sistem ini yang berhubungan dengan bulan-bulan pada 1 tahun. Komponen kecepatan V0 = V cos @ yang merepresentasikan kecepatan orbital Bulan yang sebenarnya dimunculkan untuk menghitung panjang L orbit Bulan dengan mengasumsikan Bumi dalam keadaan stasioner.

L = V Cos @T ___________________________ (3)

dari persamaan (1) dan (3) diperoleh :

CT = 12000 V cos @T ______________________ (4)

C = 12000 V cos @ T/t ______________________ (5)

mensubstitusikan nilai periode sidereal yaitu t dan T dari Tabel, dan nilai V = 3682.07 km/hari yang dihitung oleh NASA dan menghitung nilai cos @ = cos (26.92848) = 0.89157. maka diperoleh nilai C berdasarkan persamaan (5) yang bersesuaian dengan Al-Quran :

C = 12000 x 368.07 x 0.89157 x (655.71986/86164.0906)
    = 299792.5 km/detik


Apabila dibandingkan dengan penghitungan US National Bureau of Standards diperoleh nilai c = 299792,4574 + 0,0011 km/s dan British National Physical Laboratory menyatakan c = 299792,4590 + 0,0008 km/s, terdapat perbedaan yang kecil.

Hal ini sangat menarik, bahwa Al-Quran dapat menghasilkan perhitungan yang (dapat dianggap) sesuai dengan hasil eksperimen. Allah berfirman dalam Al-Quran :
"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu". (22:47)

Sekali lagi sungguh suatu hal yang sangat-sangat menarik perhatian kita. Al-Quran yang diturunkan pada Nabi Muhammad 14 abad yang lalu melalui bangsa Arab yang dikenal buta huruf, akan tetapi dapat menghasilkan perhitungan yang tepat yang tidak terbantahkan oleh sains modern. Sungguh sangat mustahil apabila Al-Quran adalah hasil rekaan manusia. Sungguh sangat mustahil apabila bangsa yang buta huruf tersebut mengada-ada Al-Quran. Tentu saja faktor kebetulan (yang menurut saya sangat tidak ilmiah) sangat  tidak relevan apabila disertakan dalam permasalahan ini.
Sungguh sangat nyata bahwa Al-Quran hanya berasal dari Allah, Tuhan semesta alam. Tiada Tuhan Selain Dia.
(wallohu a'lam)



Tidak ada komentar: